Langsung ke konten utama

Inilah Kondisi Pasar Industri Consumer Goods di Akhir 2017

Hingga triwulan III 2017, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), emiten berbasis makanan minuman yang dikuasai Salim Group, menyatakan permintaan fast moving consumer goods (FMCG) hingga triwulan III 2017 masih belum banyak berubah. Tingkat permintaan pasar masih cenderung lemah, padahal persaingan makin ketat.

“Pada triwulan ketiga tahun 2017, kondisi pasar secara umum belum mengalami banyak perubahan. Permintaan atas produk fast moving consumer goods masih lemah, sementara tingkat persaingan semakin ketat,” ujar Anthoni Salim, Direktur Utama dan CEO Indofood dalam keterangan tertulis yang diterima Duniaindustri.com, di Jakarta.

Meski demikian, Indofood Sukses Makmur melaporkan pertumbuhan kinerja untuk periode sembilan bulan tahun ini sebesar 6,5% dibandingkan dengan periode sembilan bulan tahun lalu atau secara tahunan (year on year/yoy). Penjualan bersih perseroan meningkat dari Rp49,87 triliun pada sembilan bulan tahun lalu menjadi Rp53,12 triliun pada periode yang sama tahun ini.


Kempok usaha strategis produk konsumer bermerek (CBP), bogasari, agribisnis, dan distribusi masing-masing berkontribusi sekitar 50%, 22%, 20% dan 8% terhadap total penjualan neto konsolidasi,

Laba usaha perseroan meningkat dari Rp5,93 triliun menjadi Rp6,8 triliun atau tumbuh sebesar 14,6% yoy, sementara margin laba usaha naik dari 11,9% menjadi 12,8%.

Perseroan mencatatkan peningkatan laba bersih yang dapat diatribusikan pada pemilik entitas induk sebesar 1,2% yoy, atau tumbuh dari Rp3,24 triliun menjadi Rp3,28 triliun. Margin laba bersih turun dari 6,5% menjadi 6,2%.

Anthoni Salim, Direktur Utama dan CEO Indofood, mengatakan bahwa penurunan margin ini terjadi karena perseroan sudah tidak lagi membukukan laba periode berjalan dari operasi yang dihentikan, serta naiknya porsi kepentingan non-pengendali seiring dengan membaiknya kinerja grup agribisnis.

Dengan tidak memperhitungkan akun non-recurring dan selisih kurs, core profit yang mencerminkan kinerja operasional tumbuh 3,9% menjadi Rp3,24 triliun dari Rp3,12 triliun. Indofood merupakan salah satu market leader industri mi instan, salah satu fast moving consumer goods (FMCG) yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia.

Secara industri, pada semester I 2017, pertumbuhan industri makanan minuman di Indonesia tidak terlalu bagus. Bahkan, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman menjelaskan, berdasarkan laporan industri ritel, masih banyak stok makanan minuman yang menumpuk di gudang, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.

“Secara umum, kalau laporan di lapangan, memang terjadi perlambatan ekonomi, pertumbuhan fast moving consumer goods (FMCG) sangat minim. Biasanya, pada Lebaran bisa tumbuh rata-rata 10%, sedangkan tahun ini hanya 1%,” kata Adhi.

Daya beli masyarakat, dia menegaskan, tidak sebagus tahun-tahun sebelumnya. Kenaikan pembelanjaan baru terlihat menjelang Hari Raya, sesudah tunjangan hari raya (THR) cair. Hal ini menyebabkan stok di ritel modern masih menumpuk.

“Awal Juni, turun, setelah terima THR naik lagi, tapi terus turun lagi. Ini artinya, daya beli dan cadangan keuangan kelas menengah bawah minim, sehingga baru belanja menjelang Lebaran,” kata Adhi.

Hal ini diperkuat oleh laporan Nielsen yang menyebutkan, permintaan volume mi instan pada Mei 2017 turun 4,2% dan teh siap saji turun 10,2% jika dibandingkan periode sama tahun lalu. Dua produk itu merupakan FMCG yang mengalami penurunan signifikan. Adapun permintaan kopi turun 0,6%, susu bubuk 1,3% dan air mineral kemasan turun 1,4%.

Pemerintah, menurut Adhi, harus mewaspadai kondisi ini. Pasalnya, pertumbuhan ritel jarang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ritel biasanya berada di atas pertumbuhan ekonomi yakni 7-8%, sedangkan semester I-2017 diperkirakan hanya 3-4%. Adapun pertumbuhan ekonomi tahun ini diprediksi sekitar 5%.

“Kami minta pemerintah harus membuat regulasi yang lebih menentramkan konsumen. Ada laporan distributor, peritel, dan masyarakat ketakutan dengan aturan perpajakan, Mereka khawatir belanja barang dimonitor pemerintah,” kata Adhi.

Adhi menegaskan, situasi seperti ini tidak dapat direspons dengan berbagai regulasi yang justru menghambat industri. Apalagi, terkait regulasi yang menyulitkan pabrikan domestik memperoleh bahan baku, seper ti rencana implementasi lelang gula rafinasi. “Bagi kami saat ini, yang penting pemerintah bisa menjamin kepastian usaha,” paparnya.(*)

Sumber: klik di sini


* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 146 database, klik di sini
** Butuh 19 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
*** Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
**** Butuh copywriter specialist, klik di sini
***** Butuh content provider, klik di sini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Strategi Implementasi Revolusi Industry 4.0 di Indonesia

Data Komprehensif Revolusi Industri 4.0 (Strategi Pengembangan dan Ketenagakerjaan hingga 2025) ini dirilis pada minggu ketiga Mei 2018 menampilkan data komprehensif, tren perkembangan, tahapan perubahan, infografis menarik , terkait revolusi industri 4.0 (strategi pengembangan dan ketenagakerjaan hingga 2025). Dilengkapi dengan komparasi perkembangan industri di negara-negara maju, data komprehensif ini dapat digunakan sebagai referensi strategis guna menentukan arah strategi bisnis ke depan. Data Komprehensif Revolusi Industri 4.0 (Strategi Pengembangan dan Ketenagakerjaan hingga 2025) ini dimulai dengan paparan data makro ekonomi Indonesia, inflasi, dan nilai tukar rupiah (halaman 2-7). Perekonomian Indonesia masih tumbuh positif, meski terjadi perlambatan. Masyarakat lebih memilih dalam berbelanja yang seperlunya, walaupun terjadi tren peningkatan dalam aktivitas pelesiran (halaman 2). Upaya perbaikan pemerataan infrastruktur menjadi prioritas pemerintah dengan b

Mengkaji 12 Metodologi Riset Pasar di Sektor Industri

   Duniaindustri.com (Juli 2024) -- Seiring dengan geliat iklim bisnis yang terasa makin cepat di semester II 2024, pelaku industri perlu memperkuat penetrasi pasar dan daya dobrak marketing guna menyongsong prospek pertumbuhan tinggi di era pemerintahan baru. Duniaindustri.com sebagai salah satu startup big data dan market research ikut mendukung hal itu dengan mengupdate digital database yang saat ini mencapai 297 data research di 28 sektor industri. Didukung metodologi yang komprehensif, mulai dari survei lapangan, database exim, direktori database, hingga studi literatur terkini, data research Duniaindustri.com diharapkan menjadi benchmark tersendiri bagi pelaku industri. Tim Duniaindustri.com memperluas cakupan metodologi dan teknik pengumpulan, penelusuran, dan pengolahan data, analisis, kajian independen, serta riset data spesifik dengan 12 komponen utama, yakni: 1. Survei lapangan 2. Kuesioner 3. Market comprehensive database (regulatory source) 4. Market intelligence database

Kumpulan 22 Riset Spesifik Otomotif Jadi Benchmark Peta Persaingan

Di era mobilisasi, digitalisasi, dan konektivitas tinggi, peranan industri otomotif makin ketara meski persaingan di sektor industri ini makin ketat. Betapa tidak, dengan jumlah penduduk 260 juta jiwa, industri otomotif memberikan kontribusi besar bagi perekonomian negeri ini. Untuk merekam seluk beluk industri otomotif di Indonesia,  duniaindustri.com  memiliki sedikitnya 22  data dan riset terkait perkembangan industri otomotif  di Indonesia. Mari kita simak ulasannya berikut ini. 1)  Riset Data Populasi Mobil 1950-2025 (Market Analysis Persaingan Pangsa Pasar Mobil) 2)  Riset Spesifik Market Tren Industri Oli Pelumas 2014-2020 (Tren Pertumbuhan & Pangsa Pasar) 2)  Riset Populasi Jumlah Sepeda Motor 1950-2025 (Market Analysis Provinsi Paling Potensial) 3)  Riset Tren Pasar Oli Motor Per Provinsi 2014-2016 (Proyeksi Market Size 2017) 4)  Riset Spesifik Market Size Industri Oli Pelumas (Tren Penjualan Dua Market Leader) new version 5)  Riset Eksklusif Pasar Oli Pelumas Mob