Langsung ke konten utama

Mengulas Berbagai Tren Penjualan Ritel Secara Online

Tren penjualan ritel secara online dinilai perlu didata secara komprehensif. Tujuannya sebagai perbandingan dan justifikasi terhadap gejala penurunan sektor industri ritel yang membuat sejumlah perusahaan ritel terpaksa menutup gerainya.

Hal itu disampaikan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro menanggapi isu melemahnya daya beli masyarakat dan tutupnya sejumlah gerai ritel kepada pers di Jakarta, akhir pekan lalu. Menurut dia, bertumbangannya sektor ritel saat ini menjadi tren dunia, karena seiring dengan semakin majunya teknologi, perdagangan kini bergeser dari perdagangan fisik ke perdagangan elektronik (e-commerce).

"Mungkin ada masalah dengan daya beli, tapi kita juga tolong perhatikan di AS sektor ritelnya juga tumbang, banyak toko tutup karena e-commerce. Artinya ini tren dunia yang suatu saat akan masuk Indonesia dan mungkin gejalanya sudah mulai di Indonesia," ujar Bambang.

Bambang juga menuturkan, Badan Pusat Statistik (BPS) saat ini belum bisa menangkap transaksi online atau informal, padahal jumlahnya banyak. Ia akan meminta BPS ke depannya bisa mencatat denyut konsumsi, khususnya konsumsi dalam bentuk online, yang sebenarnya dari masyarakat.

"Sekarang kita mana tahu. Kalau ada datanya berarti BPS punya, ini kan orang hanya memperkirakan. Yang pakai Tokopedia, Lazada, dan sebagainya itu mungkin yang kelihatan, yang lewat Instagram, Facebook, memangnya ketangkap sama BPS atau otoritas," kata Bambang.

Sebelumnya, kehadiran era digital dan mobilitas tanpa batas mengundang malapetaka bagi industri ritel khususnya department store dan convenience store. Satu per satu ritel department store seakan tidak kuat menahan penurunan penjualan dan sepinya pengunjung, menyusul derasnya tren pergeseran belanja konsumen.

Kabar terbaru, PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI)–salah satu pemain besar di department store–menyatakan, gerai departement store Lotus dan Debenhams akan tutup pada Oktober 2017 dan akhir tahun ini. “Keputusan untuk menutup gerai-gerai tersebut diambil setelah mempertimbangkan perubahan tren ritel secara global,” kata Head of Corporate Communication Mitra Adiperkasa Fetty Kwartati melalui keterangan resmi di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Dia menambahkan, di seluruh dunia, tren berbelanja generasi millenial telah beralih dari departement store dan memilih untuk berbelanja di specialty store. Hal ini juga terjadi di Indonesia.

Sejalan dengan tren pasar saat ini, Mitra Adiperkasa akan terus berinvestasi pada bisnis active, fashion, dan Food & Beverage. Indonesia juga melihat pertumbuhan signifikan industri e-commerce yang berdampak pada offline store.

Oleh sebab itu, Mitra Adiperkasa telah meluncurkan gerai online, yakni MAPEMALL dan akan secara intens berupaya mengembangkan bisnis O2O sebagai bagian dari visi perusahaan untuk menjadi pemain ritel omnichannel terdepan di Asia.

“Selain itu, hal yang lebih penting adalah terlihatnya perkembangan positif dari berbagai inisiatif perusahaan. Hasil kinerja yang positif untuk semester pertama tahun ini telah diikuti denga kinerja keuangan yang kuat di kuartal tiga, ditandai dengan pertumbuhan penjualan yang signifikan,” paparnya.

Mitra Adiperkasa percaya inisiatif strategis ini akan menunjang pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang dan meningkatnya nilai pemegang saham.

Menurut dia, saat ini, Mitra Adiperkasa tengah melakukan konsolidasi bisnis departement store perusahaan dan fokus pada gerai SOGO, SEIBU, dan Galeri Lafayette.

PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) juga akan menutup dua gerainya di Pasaraya Manggarai dan Pasaraya Blok M. Corporate Secretary & Legal Director PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), Miranti Hadisusilo, mengatakan penutupan cabang tersebut dilakukan karena pemasukannya tidak sesuai yang diharapkan. Hal itu lantaran pengunjung di kedua cabang tersebut terbilang sepi.

Dia mengakui, kinerja keuangan dari kedua gerai tersebut jarang sekali mengantongi untung. Miranti menjelaskan, kedua gerai tersebut beroperasi sejak 2015. Biasanya satu gerai Matahari sudah balik modal dalam waktu 1 tahun. Namun hingga kini kedua gerai itu belum mencapai titik balik modal atau Break Even Point (BEP).

“Untuk cabang lainnya masih dalam keadaan sehat dan mampu meraup penjualan yang positif,” kata dia. Hingga akhir Juni Matahari mengantongi penjualan sebesar Rp 10 triliun dari jumlah toko sebanyak 156 cabang.(*/)


Sumber: klik di sini
* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 146 database, klik di sini
** Butuh 19 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
*** Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
**** Butuh copywriter specialist, klik di sini
***** Butuh content provider, klik di sini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Strategi Implementasi Revolusi Industry 4.0 di Indonesia

Data Komprehensif Revolusi Industri 4.0 (Strategi Pengembangan dan Ketenagakerjaan hingga 2025) ini dirilis pada minggu ketiga Mei 2018 menampilkan data komprehensif, tren perkembangan, tahapan perubahan, infografis menarik , terkait revolusi industri 4.0 (strategi pengembangan dan ketenagakerjaan hingga 2025). Dilengkapi dengan komparasi perkembangan industri di negara-negara maju, data komprehensif ini dapat digunakan sebagai referensi strategis guna menentukan arah strategi bisnis ke depan. Data Komprehensif Revolusi Industri 4.0 (Strategi Pengembangan dan Ketenagakerjaan hingga 2025) ini dimulai dengan paparan data makro ekonomi Indonesia, inflasi, dan nilai tukar rupiah (halaman 2-7). Perekonomian Indonesia masih tumbuh positif, meski terjadi perlambatan. Masyarakat lebih memilih dalam berbelanja yang seperlunya, walaupun terjadi tren peningkatan dalam aktivitas pelesiran (halaman 2). Upaya perbaikan pemerataan infrastruktur menjadi prioritas pemerintah dengan b

Mengkaji 12 Metodologi Riset Pasar di Sektor Industri

   Duniaindustri.com (Juli 2024) -- Seiring dengan geliat iklim bisnis yang terasa makin cepat di semester II 2024, pelaku industri perlu memperkuat penetrasi pasar dan daya dobrak marketing guna menyongsong prospek pertumbuhan tinggi di era pemerintahan baru. Duniaindustri.com sebagai salah satu startup big data dan market research ikut mendukung hal itu dengan mengupdate digital database yang saat ini mencapai 297 data research di 28 sektor industri. Didukung metodologi yang komprehensif, mulai dari survei lapangan, database exim, direktori database, hingga studi literatur terkini, data research Duniaindustri.com diharapkan menjadi benchmark tersendiri bagi pelaku industri. Tim Duniaindustri.com memperluas cakupan metodologi dan teknik pengumpulan, penelusuran, dan pengolahan data, analisis, kajian independen, serta riset data spesifik dengan 12 komponen utama, yakni: 1. Survei lapangan 2. Kuesioner 3. Market comprehensive database (regulatory source) 4. Market intelligence database

Kumpulan 22 Riset Spesifik Otomotif Jadi Benchmark Peta Persaingan

Di era mobilisasi, digitalisasi, dan konektivitas tinggi, peranan industri otomotif makin ketara meski persaingan di sektor industri ini makin ketat. Betapa tidak, dengan jumlah penduduk 260 juta jiwa, industri otomotif memberikan kontribusi besar bagi perekonomian negeri ini. Untuk merekam seluk beluk industri otomotif di Indonesia,  duniaindustri.com  memiliki sedikitnya 22  data dan riset terkait perkembangan industri otomotif  di Indonesia. Mari kita simak ulasannya berikut ini. 1)  Riset Data Populasi Mobil 1950-2025 (Market Analysis Persaingan Pangsa Pasar Mobil) 2)  Riset Spesifik Market Tren Industri Oli Pelumas 2014-2020 (Tren Pertumbuhan & Pangsa Pasar) 2)  Riset Populasi Jumlah Sepeda Motor 1950-2025 (Market Analysis Provinsi Paling Potensial) 3)  Riset Tren Pasar Oli Motor Per Provinsi 2014-2016 (Proyeksi Market Size 2017) 4)  Riset Spesifik Market Size Industri Oli Pelumas (Tren Penjualan Dua Market Leader) new version 5)  Riset Eksklusif Pasar Oli Pelumas Mob