Langsung ke konten utama

500 Komoditas Impor Dikendalikan Untuk Jaga Rupiah

Akumulasi efek eksternal seperti krisis mata uang di Turki serta faktor internal yakni defisit neraca transaksi berjalan di kuartal II mendorong pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga level Rp 14.600/US$. Untuk mengendalikan faktor internal, pemerintah akan mengendalikan komoditas impor dan mencari produk substitusi lokal.

“Kami bersama menteri perdagangan dan menperin akan identifikasi 500 komoditas yang bisa diproduksi dalam negeri, apakah bisa substitusi impor dan pengendalian dari sisi impor,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani di Jakarta, kemarin.

Menurut dia, salah satu barang yang akan dikendalikan yakni berbagai macam barang konsumsi dari belanja online. Barang-barang itu justru melonjak sangat tinggi. Karena itu, sebanyak 500 komoditas yang dapat diproduksi di dalam negeri akan diidentifikasi oleh Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian.

Menkeu menyampaikan pemerintah akan mengendalikan komoditas impor untuk memperbaiki kondisi defisit transaksi berjalan. Pemerintah melihat adanya potensi substitusi produk dari dalam negeri untuk barang yang berhubungan dengan konsumsi dan bahan baku.

“Untuk barang yang berhubungan dengan konsumsi dan bahan baku, dan kita lihat ada potensi substitusi produk dari dalam negeri, kita sudah mengidentifikasi dari Menperin, Mendag, dan Menkeu menetapkan PPh impor 7,5 persen,” kata Sri Mulyani.

Menurutnya, jika permintaan barang impor tersebut melonjak tinggi dan tak masuk dalam barang kebutuhan strategis di perekonomian, maka pemerintah akan mengendalikannya. “Kalau permintaan melonjak tinggi dan dia tidak strategis dan dibutuhkan dalam perekonomian maka akan dikendalikan,” tambahnya.

Selain itu, pemerintah juga akan mengendalikan impor barang untuk proyek infrastruktur. Pemerintah pun meminta PLN dan Pertamina untuk melihat berbagai komponen impor proyek yang dapat diganti dengan komponen dalam negeri.

“PLN dan Pertamina diminta melihat komponen impor proyek karena ini dua BUMN yang memiliki komponen impor besar. Gak hanya TKDN, tapi juga melihat secara langsung berapa impor barang modal,” ujarnya.

Lebih lanjut, pemerintah juga akan mendorong ekspor dengan kebijakan insentif serta mendorong kemampuan industri untuk melakukan penetrasi pasar. “Itu akan dilakukan secara bersama-sama dengan instrumen pemerintah apakah itu LPII, OJK yang melakukan relaksasi, dan kita melakukan instrumen fiskal,” kata Sri Mulyani.

Terakhir, pemerintah akan mengimplementasikan biodiesel 20 persen secara konsisten dan menyeluruh setelah aturannya rampung. Sehingga diharapkan dapat menekan impor minyak dan gas.

Mencermati pergerakan rupiah yang terus melemah, kalangan pelaku industri juga melakukan sejumlah langkah untuk meresponsnya. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel) Ali Subroto mengatakan, melemahnya nilai tukar rupiah berdampak naiknya ongkos impor komponen. Dengan naiknya komponen elektronik, otomatis harga jual produk elektronik pun akan ikut naik.

Hal itu terjadi saat pasar elektronik di Indonesia sedang lesu yang terasa sejak kuartal I 2018. “Kalau rupiah melemah atau dolar AS menguat, cost-nya naik baik yang diimpor maupun produksi dalam negeri, dan otomatis harga jual harus dinaikkan,” kata Ali.

Sementara di sektor farmasi, pelemahan rupiah membuat pedagang besar farmasi menjadi kesulitan. Ketua Komite Perdagangan dan Industri Bahan Baku Farmasi GP Farmasi Indonesia, Vincent Harijanto, menilai pelemahan rupiah merupakan sesuatu yang menyulitkan. Sebab, industri farmasi lebih membutuhkan nilai tukar yang stabil agar penentuan harga jual bisa direncanakan dengan jangka panjang.

Ada empat elemen yang terlibat dalam GP Farmasi, yakni pelaku industri farmasi manufaktur, Pedagang Besar Farmasi (PBF) obat jadi maupun PBF bahan baku, apotek dan toko obat. “Tentu yang terkena adalah PBF bahan baku dan industri yang impor bahan baku,” kata dia.(*)

Sumber: klik di sini

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 159 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider, klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini


Database Riset Data Spesifik Lainnya:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

15 Kumpulan Data Industri Besi dan Baja di Indonesia

  Duniaindustri.com (Juni 2021) -- Berbagai tantangan dan peluang masih membayangi industri baja nasional. Dengan peranan penting sebagai mother industry, sektor industri baja memiliki potensi perkembangan yang cukup signifikan di Indonesia. Terlebih lagi mengingat Indonesia masih menjadi emerging country yang terus membangun baik infrastruktur maupun segmen konstruksi lainnya. Untuk mengcover  rekam jejak industri ini dalam digital database , siapa market leader, tren pertumbuhan pasar, serta bagaimana peta persaingannya, simak ulasan 15 digital database berikut ini: 1)  Data Trend Harga HRC dan CRC Periode 2016-2021 (Komparasi Harga di China dan Indonesia) 2)  Data Riset Pangsa Pasar Baja Canai Panas atau HRC 2015-2024 (Market Growth Industri Baja) 3)  Riset Data Spesifik Bahan Material Bangunan 2015-2024 (Tren Pertumbuhan Pasar Pasca Covid-19) 4)  Market Outlook 6 Jenis Baja Konstuksi 2015-2024 (Corrugated Steel, Guardrails, Steel Decks, Tower, Transmisi...

Data Terbaru, Analisa Pertumbuhan Pasar Tepung Bumbu dan Bumbu Penyedap 2017-2023

        Riset Data Pertumbuhan Pasar Tepung Bumbu dan Bumbu Penyedap 2017-2023 (Pangsa Pasar Top 5 Market Leader)  ini dirilis minggu ketiga Oktober 2023 menampilkan kajian data spesifik, riset spesifik industri bumbu (food seasoning) serta bahan tambahan pangan (BTP), database lengkap, pangsa pasar market leader, serta market trend untuk periode 2017-2023. Riset data ini berisi 61 halaman pdf berukuran 6,2 MB yang dibuat untuk menjadi panduan komprehensif serta referensi bagi investor, korporasi, peneliti, dan berbagai stakeholders secara luas. Riset ini dimulai dengan menampilkan dengan menampilkan highlights perekonomian Indonesia 2020-2022 serta outlook 2023. Tantangan perlambatan ekonomi di 2020-2023 menjadi perhatian khusus para pelaku industri, termasuk pebisnis industri bumbu dan BTP. (halaman 2-4) Kemudian disusul megatrend dunia menuju 2045 dan demografi dunia di halaman 5, highlights demografi Indonesia periode 2010 hingga 2045 di halaman...

Riset Segmentasi Pasar Industri Sepeda 2016-2024

   Duniaindustri.com (Februari 2021) -- Terbukti selama masa pandemi Covid-19, sejumlah sektor industri mengalami penurunan drastis, namun ada beberapa sektor yang justru menuai pertumbuhan. Pandemi telah mengubah landskap bisnis secara sektoral dengan meninggalkan pergeseran perilaku konsumen, termasuk di industri sepeda (bicycle). Untuk membedah trend pertumbuhan serta peta pangsa pasar pemain lokal, tim Duniaindustri.com merilis " Riset Data Spesifik Industri Sepeda Bicycle 2016-2024 (Market Growth Segmentation & Market Leader Database) " pada minggu ketiga Februari 2021 yang menampilkan riset independen, riset data spesifik, data komprehensif, market outlook, dan database digital terlengkap di Indonesia. Riset data ini berisi 38 halaman pdf berukuran 4,38 MB yang dibuat untuk menjadi panduan komprehensif serta referensi bagi investor, korporasi, peneliti, dan berbagai stakeholders secara luas.   Riset data ini dimulai dengan menampilkan ulasan singkat (...